Beranda | Artikel
Penutup (Wasiat Untuk Para Penuntut Ilmu)
Senin, 3 Mei 2004

PENUTUP

Oleh
Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr

WASIAT UNTUK PARA PENUNTUT ILMU
Sebagai penutup, saya wasiatkan kepada para penuntut ilmu semua agar bersyukur kepada Allah, karena atas taufikNya semata mereka bisa menjadi seorang penuntut ilmu. Oleh karena itu, hendaknya mereka senantiasa menjaga keikhlasan dalam menuntut ilmu dan mau mengorbankan segala yang berharga, termasuk jiwa-raganya, dalam rangka mendapatkan ilmu tersebut. Hendaknya mereka memanfaatkan waktunya untuk menyibukkan diri dengan kegiatan keilmuan, karena ilmu tidak bisa didapatkan dengan berangan-angan atau tenggelam dalam kemalasan dan keterlenaan. Yahya bin Abu Katsir Al-Yamani berkata, “Ilmu tidak akan didapatkan dengan bersantai-santai”[1]

Sungguh banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang menerangkan keutamaan ilmu dan orang yang memilikinya. Allah Ta’ala berfirman.

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ

Allah dan para malaikat serta orang-orang yang berilmu menyatakan (bersaksi) bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia (Allah)” [Ali-Imran/3 : 18]

Allah Ta’ala juga berfirman.

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” [Az-Zumar/39 : 9]

Allah Ta’ala juga berfirman.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat” [Al-Mujadalah/58 : 11]

Allah Ta’ala juga berfirman.

وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا

Dan katakanlah : Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmuku” [Thaha/20 : 114]

Hadits-hadits tentang masalah itu di antaranya adalah sabda Rasulullah.

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّههُ فِي الّذِيْنِ

Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah akan memberi kefahaman kepadanya dalam masalah agama” [Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no.71 dan Muslim no. 1037]

Hadit ini menunjukkan tentang tanda-tanda Allah hendak memberikan kebaikan pada seorang hamba yaitu dengan memberikan pemahaman dalam masalah agama. Hal itu karena dengan paham tentang masalah agama, maka dirinya akan menyembah Allah dengan ilmu dan juga akan menyeru orang lain dengan ilmu juga.

Rasulullah juga bersabda.

خَيْرُ كُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” [Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5027]

Beliau juga bersabda.

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat sebuah kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan merendahkan yang lain dengan kitab ini pula” [Hadits Riwayat Muslim no. 817]

Beliau juga bersabda.

نَضَّرَ اللَّهُ ا مْرَءًا سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَأَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا

Semoga Allah membaguskan seseorang yang mendengar perkataanku kemudian menghafalnya dan menyampaikannya seperti yang ia dengar[2]

Nabi juga bersabda.

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْـجَنَّةِ وَإِنَّ الْـمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِـمِ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ حَتَّى الْـحِيْتَانُ فِى الْـمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِـمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ لَـمْ يَرِثُوا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memasukkan orang tersebut pada salah satu jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat mengatupkan sayapanya karena ridha kepada seluruh penuntut ilmu. Penghuni langit dan bumi, sampai ikan sekalipun yang ada di dalam air memohonkan ampun untuk seorang alim. Keutamaan seorang alim dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibandingkan cahaya bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, namun mereka tidak mewariskan dinar maupun dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut sungguh ia telah mendapatkan bagian yang banyak dari warisan tersebut[3]

Beliau juga bersada.

إِذَا مَاتَ الْإِ نْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلأَ مِنْ ثَلاَثَةٍ، إِلاَّ مِنْ صَدَ قَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ

Apabila seorang manusia meninggal maka terputuslah pahala segala amalannya kecuali dari tiga perkara ; yaitu sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendo’akannya” [Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim no. 1631]

Beliau juga bersabda.

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مٍن أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka” [Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim no. 2674]

Pada kesempatan ini, saya wasiatkan pula kepada siapa saja agar mengisi waktu dan umurnya dengan hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi manusia. Nabi bersabda.

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua kenikmatan yang banyak menipu manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang[4]

Saya wasiatkan juga kepada semuanya saja agar senantiasa menibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat, karena Rasulullah bersabda.

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرءِ تَرْكُهُ مَالاَيَغْنِيْهِ

Diantara indikasi baiknya ke-islaman seseorang adalah mau meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya[5]

Saya juga berwasiat agar kalian berlaku adil dan bersikap tengah-tengah, tidak berlebih-lebihan dan juga tidak meremeh-remehkan, karena Nabi bersabda.

إِيَاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بَالْغُلُوِّ فِي الدِّيْنِ

Berhati-hati kalian terhadap sikap berlebih-lebihan dalam agama : Ketahuilah, orang-orang sebelum kalian binasa karena sikap berlebih-lebihan dalam agama[6]

Saya juga berwasiat agar kalian waspada terhadap perbuatan zhalim, karena ada larangan yang terdapat dalam hadits Qudsi.

يَا عِبِادِيْ إِنِّي حَرَّمْتُ الظُلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّ مًا فَلاَ تَظَالَمُوْا

Wahai para hambaku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diriKu, dan Aku telah menjadikan sikap zalim sebagai sesuatu yang diharamkan untuk kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian saling menzalimi” [Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim no. 2577]

Dan sabda Rasulullah.

اِتَّقُوْا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُلُمَاتُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Takutilah oleh kalian kezaliman ; sesungguhnya kezaliman membawa kegelapan pada hari kiamat” [Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim no. 2578]

Saya memohon kepada Allah Allah Ta’ala semoga berkenan memberikan taufiqNya kepada kita semua untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan beramal dengannya, serta mendakwahkannya dengan keterangan yang jelas.

Semoga Allah mengumpulkan kita semua dalam kebenaran dan petunjuk, dan menyelamatkan kita semuanya dari berbagai bencana, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya Allah Maha Penolong dalam hal tersebut dan Mahakuasa.

Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam serta keberkahan kepada hamba dan RasulNya, Nabi kita, Muhammad dan kepada keluarga serta para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kemudian. Amin

[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah Penulis Abdul Muhsin bin Hamd Al Abbad Al Badr, Edisi Indonesia Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penerjemah Abu Shalih. Penerbit : Titian Hidayah Ilahi Bandung, Cetakan Pertama Januari 2004]
_______
Footnote
[1] Atsar ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya dengan sanad yang bersambung ketika beliau membawakan hadits-hadits tentang waktu-waktu shalat
[2] Hadits ini adalah shahih mutawatir. Lebih dari dua puluh orang shahabat meriwayatkan hadits ini. Hadits ini saya sebutkan dalam kitabku yang berjudul Dirasah Hadits Nadhdharallahu Imra’an Sami’a Maqalati Riwayah wa Dirayah.
[3] Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud no. 3628 dan lainnya. Lihat takhrijnya dalam kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 70, dan Ta’liq Musnad Imam Ahmad no. 21715. Ibnu Rajab memberikan penjelasan tentang hadits ini dalam bahasan tersendiri. Potongan pertama dari hadits tersebut terdapat dalam Kitab Shahih Muslim no. 2699
[4] Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6412. Hadits ini adalah hadits pertama yang disebutkannya dalam kitab Ar-Riqaq. Al-Bukhari juga menyebutkan dalam kitab tersebut sebuah atsar dari Ali bin Abi Thalib yang berkata, “Dunia telah berangsur pergi ke belakang dan akhirat pun berangsur datang menjelang. Keduanya mempunyai penggemar. Jadilah kalian para penggemar akhirat. Janganlah kalian menjadi penggemar dunia. Sesunguhnya di dunia ini ada amal tanpa ada hisab, sedang kelak di akhirat ada hisab tanpa ada amal” .Lihat kitab Shahih Al-Bukhari yang disyarah dalam kitab Fathul Bari XI/235
[5] Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no 2317 dan lainnya. Hadits ini terdapat dalam kitab Arba’in An-Nawawiyyah, yaitu hadits pada urutan yang kedua belas.
[6] Hadits ini shahih ; diriwayatkan oleh An-Nasai  dan lainnya. Hadits ini juga termasuk hadits-hadits yang disampaikan oleh Nabi ada waktu Haji Wada. Lihat takhrijnya dalam kitab Silsilah Ash-Shahihah karya Syaikh Al-Albani no. 1283


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/680-penutup-wasiat-untuk-para-penuntut-ilmu.html